Selasa, 17 Juli 2012

Spanyol Sang Juara Eropa


Euro 2012 telah berakhir dengan tetap kokohnya singgasana sang juara bertahan Spanyol. Spanyol telah memecahkan mitos Euro. Dimana tidak ada tim di Eropa yang bisa juara Euro dua kali berturut-turut. Spanyol telah melepaskan kutukan tersebut.

Penampilan Spanyol di Euro 2012 boleh dibilang mengesankan. Bagaimana tidak, di tengah terancam perpecahan internal akibat rivalitas Madrid-Barca di kancah La Liga dan ajang lainnya, Spanyol tetap solid di bawah asuhan Vicente Del Bosque. Kualitas Madrid-Barca udah gak diragukan lagi, kedua klub ini merupakan pemasok terbesar pemain di timnas Spanyol.

Isu-isu perpecahan itu ditepis dengan solidnya pertahanan dan dominannya lini tengah La Furia Roja. Itu terbukti, Pique dan Ramos tetap akur dan menjadi karang keras di lini pertahanan. Alonso, Busquet, dan Xavi mampu menguasai lini tengah dan mengendalikan permainan. 


Juga kirtikan publik terhadap permainan Spanyol dianggap membosankan. Terlalu dominasinya tiki taka membuat permainan jadi berat sebelah, dan terlalu sering mengoper sehingga sedikit terjadinya peluang terciptanya gol membuat publik gerah.


Tapi, menjadi diri sendiri adalah kuncinya. Dengan penuh keyakinan dan bermain lepas, akhirnya Spanyol berhasil mempertahankan trofi Euro.


Di awal turnamen Tiki Taka Spanyol bermain imbang 1-1 melawan sepakbola modern Italia ala Cesare Prandelli. Bagi gue dan orang kebanyakan, pertandingan itu layaknya final kepagian. Sama-sama ngotot menciptakan gol dan atraktifnya permainan kedua kesebelasan membuat pertandingan sangat menarik. Selama pertandingan itu sukses membuat gue tegang gak karuan. Soalnya Spanyol gak pernah menang lawan Italia di waktu normal. Apalagi gol pertama Di Natale membuat kutukan itu semakin jelas. Seolah terlecut dengan gol pertama, permainan Spanyol semakin menjadi-jadi. Fabregas muncul sebagai pahlawan 3 menit setelah gol Di Natale. Sampai peluit panjang dibunyikan kedudukan tetap 1-1. Yaaa kuciwa dah.


Emang sih, firasat gue mengatakan pertandingan itu bakalan berakhir imbang. Sempat kepikiran juga, bisa gak ya Spanyol mempertahankan gelar juara. Melihat pertandingan tersebut, gue tetap yakin Spanyol bakal menciptakan sejarah. Walaupun gak terlalu yakin hehehe.


Spanyol yang bermain tanpa striker mengejutkan banyak orang. Sebuah taktik yang tidak populer di kancah persepakbolaan. Namanya juga strategi. Tiap pelatih pasti punya taktik yang telah disiapkan untuk menghadapi calon lawan.


Spanyol sempat mengeluhkan kondisi lapangan yang kurang licin karena gak disiram. Kritikan ini pun dicibir oleh publik. Kalau kenyataannya emang gitu di lapangan, kenapa dicibir? Apa perlu tiap orang merlihat kondisi lapangan untuk membuktikannya? Apa karena berakhir imbang makanya dicibir? Tanyakan pada bawang yang bergoyang. IMHO. Hihihihi.


Di pertandingan kedua Spanyol tampil bak singa kelaparan. Torres tampil sebagai bintang lapangan dengan mencetak dua gol. Pertandingan berakhir 4-0 untuk Spanyol atas Irlandia. Dijadikannya Torres sebagai starter membuat Spanyol dipuji banyak kalangan. Walaupun tidak tampil penuh 90 menit. Di 20 menit terakhir dia digantikan oleh Fabregas dan Fabregas pun mencetak sebuah gol. Kata orang sih, itu sebagai pembuktian bahwa taktik Spanyol yang tampil tanpa striker alias False Nine tidak salah. Gue sendiri masih bingung dengan taktik false nine ini. Apa sih maksudnya?


Dari pertandingan tersebut, gue semakin yakin kalo Spanyol bakal juara lagi. Gue gak peduli dengan Jerman yang tampil sangat bagus. Dengan Tiki Taka tiap lawan pasti bisa dijinakkan.


Pertandingan ketiga, Spanyol versus Kroasia. Di sini gue tetap yakin kalo Spanyol bakal mendominasi pertandingan. Apa yang terjadi? Ternyata gue terlalu percaya diri dengan penampilan Spanyol. Kenyataan di lapangan berbanding terbalik. Kroasia cukup merepotkan Spanyol. Dengan marking yang bagus, membuat tiki taka sulit berkembang. Waduh, mulai gak bener nih. Beberapa kali pemain Kroasia hampir membobol gawang Casillas. Untung Casillas tampil dalam peforma puncaknya selama Euro 2012 sehingga hanya kemasukkan 1 gol saja.

Torres yang tampil sejak awal tidak mampu mengulangi kegemilangannya di pertandingan sebelumnya. Fabregas masuk dan Spanyol kembali memainkan taktik false nine. Sampai di menit 88 pun gol belom tercipta. Jesus Navas tampil sebagai pahlawan. 1-0 untuk Spanyol.

Kalo kepedean ternyata gak baik juga ya hihihi. Di sini gue mulai mengerti bagaimana taktik false nine bekerja.

Di perempatfinal akhirnya gue mengerti dengan taktik false nine itu bekerja. Taktik itu terbukti merepotkan Prancis. Dua gol Alonso membawa Spanyol ke semifinal. Emang gue akui di pertandingan ini Spanyol tampil membosankan. Oper sana oper sini. Sedikit banget peluang yang terjadi.

False nine itu adalah sebuah tim sepakbola bermain tanpa striker yang biasanya bernomor punggung sembilan. False nine disebut juga dengan striker palsu. Taktik ini sering digunakan oleh Barcelona. Di Barcelona peran false nine dimainkan Lionel Messi. Kalo di timnas Spanyol diperankan oleh Fabregas.
Francesc Fabregas, pemeran False Nine
Posisi striker palsu ada di depan gelandang tengah dan sedikit di belakang posisi striker pada umumnya. Striker palsu bebas bergerak kemanapun di lapangan. Striker palsu ini ditujukan untuk menarik bek lawan maju ke tengah lapangan, sehingga membuka celah di pertahanan musuh. Dengan tertariknya bek ke tengah, maka pemain lain akan mudah mengobrak abrik pertahanan dan kemungkinan menciptakan gol semakin besar.

Kondisi seperti ini menjadi dilema bagi bek lawan. Kalau tidak maju menjaga striker palsu maka lawan akan semakin mudah mengembangkan permainan dan pertahanan akan dibombardir oleh Spanyol. Jika maju dan mengawal si striker palsu pertahanan akan tercipta celah besar dan sangat rapuh, rentan banget diterobos lawan.

Emang sih ada gelandang bertahan yang bisa bertugas menggantikan tugas bek untuk mengawal sang striker palsu. Tapi, gelandang bertahan posisinya adalah mutlak. Dia akan berada di posisi itu selama pertandingan. Gelandang bertahan tidak boleh maju atau mundur dari posisi aslinya. Gelandang bertahan akan menjadi tembok pertama yang dihadapi lawan, lebih tepatnya memutus aliran bola. Jika gelandang bertahan terus mengikuti si striker palsu, maka akan mempermudah lawan untuk mengeksploitasi pertahanan. Lagipula tugas  gelandang bertahan adalah menjaga kedalaman permainan dari sebuah tim. Serta mengatur tempo permainan.

Menjaga striker merupakan tugas bek agar si striker tidak menciptakan peluang. Posisi striker biasanya berada di area kotak penalti. Dengan jelasnya tugas seorang striker, makanya tugas bek pun juga semakin mudah untuk mengawalnya. Tapi false nine membuat bek menjadi dilema besar(kaya lagu peterpan aja hihihi). Maju nggak, maju nggak, maju nggak, maju nggak.


Pada akhirnya bek lebih memilih untuk bertahan di posisinya daripada mengawal striker palsu. Dan penguasaan bola Spanyol yang bagus membuat tim lain kesulitan mengembangkan permainan. Hal inilah yang membuat pertandingan yang membosankan. Karena tim manapun lebih memilih memarkir bus alias bertahan untuk menghadapi Spanyol. Dan serangan balik nan cepat akan menjadi andalan. Walaupun keliatan pengecut, tapi itulah sepakbola yang kaya akan strategi. Strategi tidak melulu menyerang. Strategi ada yang bertahan, ada yang lambat, ada yang cepat, dan lain-lain. Aneh rasanya jika hanya tau satu strategi saja.

Parkir bus ala Chelsea hihihihi..
Courtesy goal.com

Dalam kasus ini gue memuji Jose Mourinho sebagai juru taktik yang hebat. Dia tidak mempunyai strategi yang tetap alias pragmatis. Dia akan menggunakan strategi yang cocok dengan kondisi lawan. Jika lawannya tiki taka, maka pertahanan akan diperkuat dan melakukan serangan balik. Jika lawannya agak lemah dalam menyerang maka serangan nan cepat dan efektif akan menjadi andalannya.


Tembok pertahanan yang berlapis inilah yang akan membuat Spanyol menciptakan gol. Yaa sejauh ini belom ada taktik yang bener-bener ampuh meredam tiki taka selain pertahanan berlapis sembari melakukan serangan balik jika ada celah(Sejauh ini hanya permainan Portugal yang mampu mengimbangi permainan Spanyol). Pertahanan Inter Milan ala Jose Mourinho dan Chelsea ala Di Matteo terbukti ampuh meredam tiki taka. Tapi bagi sebagian orang, taktik tersebut tidak enak untuk dilihat.


Seperti yang kita ketahui, meladeni tiki taka dengan bermain terbuka akan berujung besarnya jumlah gol yang tercipta di gawang sendiri. Belom ada yang meladeni tiki taka dengan bermain terbuka dan menang. Sampai sekarang belom nampak hasilnya.


Kembali ke Euro 2012. Di semifinal Portugal telah menunggu Spanyol. Gue tidak peduli dengan kritikan yang diluncurkan kepada Spanyol. Yang penting Spanyol harus juara.


Di pertandingan ini gue yakin, tiki taka Spanyol bakal menguasai lini tengah dan merepotkan Portugal. Kenyataan jauh berbeda. Permainan ngotot dan disiplin dari Portugal membuat Spanyol tidak bermain dalam kondisi terbaiknya. Masukknya Negredo diharapkan menjadi senjata ampuh untuk menusuk pertahanan Portugal tidak mampu tampil baik, disebabkan oleh susahnya menembus pertahanan Portugal yang digalang oleh Pepe dan Alves.


Di sini gue menyangka, masukknya Negredo diharapkan mampu menahan bek lawan di posisinya, karena Portugal bermain menyerang. Tapi gak terbukti.


Masuknya Fabregas diharapkan mampu merusak harmoni pertahanan Portugal. Sampai pertandingan normal berakhir, tidak ada gol yang tercipta. Walaupun sesungguhnya banyak peluang yang tercipta. Tapi keberuntungan sangat berperan besar di sini. Cristiano Ronaldo yang haus gol dan ambisius tidak mampu menggetarkan gawang Casillas.


Sumpah, pertandingan ini merupakan pertandingan yang membuat jantung gue berdetak gak normal. Deg degan sepanjang pertandingan. Bagaimana tidak, operan-operan jitu yang biasanya ditunjukkan pemain tengah Spanyol sering dipotong oleh pemain Portugal. Sehingga tiki taka tidak berkembang seperti seharusnya. Tendangan ke gawang sering melenceng dan terlalu lemah. Kadang kala juga terbaca.


Begitu juga Portugal yang menciptakan sejumlah peluang emas. Tapi belum beruntung.


Pertandingan ini sangat kental beraroma El Clasico. Portugal dianggap sebagai kubu Real Madrid dan Spanyol dianggap sebagai kubu Barcelona. Memang permainan Portugal mirip dengan pola permainan Real Madrid dan Spanyol identik dengan Barcelona.


Apakah dengan adanya pemain Portugal di Madrid membuat Portugal sukses mengimbangi permainan Spanyol? Dimana sebelumnya, sejak era Mourinho Madrid sukses mengimbangi permainan Barcelona. Mungkin iya mungkin tidak. Tapi faktanya, Spanyol sangat sulit mengalahkan Portugal. Dari rekor pertemuan, Spanyol memang unggul. Tapi itu terjadi di masa lalu, di masa sekarang Spanyol hanya menang sekali. Di pertandingan terakhir Portugal sukses membungkam Spanyol dengan skor  4-0. Sekarang adalah sekarang. Statistik tidak selalu menghasilkan pemenang.


2 x 45 menit dan 2 x 15 menit tidak ada terciptanya gol. Dan akhirnya ditentukan lewat adu penalti. Di sini gue merasa deja vu. Euro 2008 Spanyol juga melakukan adu penalti melawan Italia. Faktor keberuntungan sangat menentukan hasil akhir.


Alonso penendang pertama Spanyol gagal membobol gawang Rui Patricio. Halah tendangan Alonso kebaca. Apakah Spanyol gagal melaju ke Final? Jantung berdegup semakin kencang. Kencing ditahan dulu.


Moutinho penendang pertama Portugal juga gagal menunaikan tugasnya. YESS.


Selanjutnya Iniesta, Pepe, Pique, Ramos, dan Nani sukses menunaikan tugas masing-masing. Keberuntungan benar-benar berpihak kepada Spanyol. Tendangan Alves membentur mistar gawang. YEHAAAA.

Tinggal si Fabregas yang akan menentukan hasil pertandingan. Jika masuk, pertandingan berakhir. Jika gagal maka penentuan ada di tangan Ronlado dan Casillas. Kejadian seperti ini seolah mengulang apa yang terjadi di Euro 2008. Dimana Fabregas menjadi eksekutor terakhir.

Semua terdiam dan hening. Terlihat Fabregas komat kamit. Detik-detik yang berlalu sangat menegangkan. Priiit. Fabregas ancang-ancang dan wuss. Bola bergerak dan mebentur tiang. Ketika membentur tiang gue semakin tegang. Jreeeeeng. Bolanya masuk ke gawang. HUAAAAAAAAAAA.. Spanyol lolos! Skor akhir 0(2) - 0(4).


Keberuntungan emang lagi berpihak bagi Spanyol, gue akui itu. Tapi apapun hasilnya, Spanyol masuk final dan peluang terciptanya sejarah semakin besar.

Di pertandingan lain Italia sukses menaklukan Jerman yang sedang on fire. Permainan efektif Jerman tidak mampu menembus lini pertahanan Italia. Keasyikan menyerang Jerman malah kebobolan oleh gol Balotelli. Beberapa menit kemudian Balotelli kembali mencetak gol keduan bagi Italia.

Di sini pertahanan Jerman sangat rapuh karena keasyikan menyerang. Dan Italia sukses memanfaatkan celah tersebut. Setelah unggul 2-0 Italia kembali menggunakan taktik lama yang terkenal, yaitu Catenaccio. Jerman  biasanya efektif tidak tampak dipertandingan kali ini. Malah sebaliknya, Italia kali ini bermain efektif. Kutukan Jerman yang tak pernah menang melawan Italia terus berlanjut.

Kagum. Itu lah yang bisa gue ekpresikan meihat Italia melibas Jerman. Jadi merinding sendiri melihat permainan Italia. Bisa-bisa Spanyol dilibas juga di partai final nanti.

Di hari final, sebenernya gue pengen nonton bareng. Tapi males aja. Gak bebas hihihi. Temen gue ngajakkin nobar tapi tempat yang dituju gak ada pelayanan nobar. Banyak sih tempat nobar deket kostan gue. Tapi gue lebih milih nonton di kost sendiri. Lebih nyaman. Huum.

Beberapa saat sebelum pertandingan, gue gak yakin Spanyol bakalan menang. Dan kutukan juara bertahan bakalan berlanjut.

Di awal-awal pertandingan Spanyol medominasi. Dengan passing yang akurat dan indah membuat Italia kelabakan. Wah, kaya nya tinggal menunggu waktu untuk Spanyol mencetak gol. Aura kemenangan udah berasa nih.

Goool.. Silvaaaaa.
Umpan terobosan Iniesta berhasil dikuasai oleh Fabregas dan kemudian dioper ke Silva. Lewat tandukan terciptalah gol pembuka. Aura kemenangan semakin berasa nih. Walaupun di menit-menit berikutnya setelah gol Silva, Italia menguasai permainan dan menciptakan banyak peluang emas. Tapi tetap optimis Spanyol bakal juara lagi.
Proses terjadinya gol pertama Spanyol yang dicetak oleh Silva
Akhirnya di tengah gempuran Italia, Alba membuat Spanyol semakin dekat dengan juara. Dengan akselerasi yang cepat Alba menyontek bola dan melewati hadangan Buffon. Satu tangan Spanyol udah memegang Piala Eropa.
Proses gol kedua Spanyol yang dicetak oleh Alba
Di awal babak kedua, Italia langsung tancap gas. Sempat kaget juga sih. Tapi pertandingan seolah berakhir ketika Motta ditarik keluar akibat cedera hamstring. Sedangkan kuota pergantian Italia udah abis. Mau gak mau Italia bermain dengan 10 orang. Keadaan seperti ini membuat tiki taka semakin nyaman. Tinggal menunggu waktu untuk mencetak gol ketiga. Tapi justru di babak kedua ini, pertahanan Italia jauh lebih solid dari babak pertama.

Walaupun begitu. Italia seperti kehabisan tenaga di pertandingan ini. Akibat kelelahan melawan Jerman di semifinal. Dan istirahat hanya dua hari, kurang satu hari dibanding Spanyol yang beristirahat tiga hari. Itu terlihat dengan cederanya pemain penting. Sedangkan Spanyol seolah ingin membuktikan bahwa merekalah yang terbaik. Spanyol ingin membungkam segala kritikan sepanjang Euro 2012. Lewat umpan-umpan pendek dan akurat nan mematikan membuat Italia seperti diajarkan maen bola.

Dan benar saja, di menit ke 84 Torres mencetak gol ketiga La Furia Roja. Kalo gini terus, sepertinya bakal tercipta gol keempat. Dan terbukti, empat menit kemudian Mata mencetak gol pamungkas di partai final ini. Hasil 4-0 sepertinya sangat tidak pantas di partai final ini. Seharusnya terjadi persaingan sengit antara kedua tim, tapi yang ada malah pembantaian.
Proses terjadinya gol ketiga Spanyol yang dicetak oleh Torres
Proses terjadinya gol keempat Spanyol yang dicetak oleh Mata
Spanyol berhasil mematahkan kutukan gak pernah menang atas Italia di waktu normal sejak puluhan tahun yang lalu. Sekaligus mementahkan mitos juara bertahan. Dimana tidak ada satupun tim  di Eropa yang mampu juara dua kali beruturut-turut, tapi Spanyol berhasil melakukannya.



Lega banget dah. Melihat tim favorit gue tampil sebagai juara lagi. Ternyata terlalu percaya diri gak baik. Hasilnya jadi jauh dari harapan. Itu udah terbukti ama gue. Dan jangan pula minder menghadapi seuatu. Bukan gak mungkin, ada kekuatan lain yang membuat segalanya jadi lebih mudah.

Spanyol banyak menciptakan rekor yang selama Euro2012. Yang paling fenomenal adalah Spanyol mampu memenangkan kejuaraan mayor 3 kali berturut-turut.

Oh ya, sebelumnya gue membahas tentang mitos-mitos sebelum dimulainya ajang sepkabola(Baca Di sini). Ternyata mitos kalo Real Madrid juara La Liga, pemenang Liga Champions ditentukan lewat adu penalti terbukti benar. Hehehehe. Ketebulan, eh kebetulan aja kali yak. Tapi mitos tentang skandal sepakbola Italia yang katanya Italia akan juara Eropa tidak terbukti benar. Mungkin skandal hanya berefek kepada Piala Dunia kali ya. Hahahaha.

Selama ini kedaerahan selalu menjadi duri dalam daging si kubu Spanyol. Tapi Luis Aragones mampu melebur semua pemain pilihannya ke dalam sebuah tim yang solid dan bermain indah. Sejak itu, walaupun persaingan atau rivalitas yang tinggi selama semusim tapi mereka mampu meredam egoismenya. Vicente Del Bosque tetap mampu menjaga keharmonisan internal timnas Spanyol. Sehingga kekompakan pemain Real Madrid dan Barcelona, sebagai dua klub pemasok pemain terbesar timnas Spanyol, sukses membawa Spanyol berjaya selama 4 tahun terakhir. Kualitas memang berbicara. Madrid-Barca adalah 2 klub terbaik dunia saat ini. Hasilnya berbanding lurus dengan prestasi yang diperoleh di timnas Spanyol.

Ada yang kejadian menarik setelah pertandingan berakhir. Yang bikin semua orang yang menontonya gemes. Anak-anak pemain Spanyol yang masih kecil, imut, dan nggemesin, diboyong ke dalam lapangan. Dan berlarian di tengah lapangan, layaknya anak kecil pada umunya. Gue melihatnya hanya tertawa kecil. Hehehehe.
Torres, Nora, dan Leo








Torres dan Leo
Walaupun dilihat ketika perayaan di Kiev kemaren, lambang kedaerahan tetap muncul. Xavi yang bangga membawa bendera Catalan, serta Llorente dan Martinez membawa bendera Basque. Tapi itu hanya bentuk kebahagiaan bukan bentuk perlawanan terhadap kubu Castilla.

Di sini lah perbedaan timnas Spanyol dengan timnas lainnya. Spanyol mampu membentuk suasana kekeluargaan, rendah hati, dan lapar akan gelar. Dan perlu sedikit keberuntungan tentunya.

Viva La Furia Roja..!!

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan dan beretika.